Berita  

Arsyad Cannu Resmi Jadi Sembiring Depari, Roadshow LMP Sumut Pecah dengan Tradisi Adat Karo

Kab. Karo | Sebuah peristiwa tak biasa terjadi di Tanah Karo, Sumatera Utara. Roadshow konsolidasi Ketua Umum Laskar Merah Putih (LMP), H.M. Arsyad Cannu, yang semula dirancang untuk memperkuat struktur organisasi dan mengokohkan soliditas kader, justru berubah menjadi momentum sejarah kecil. Malam itu, suasana Pariban Hotel, Kampung Sidebu-debu, mendadak geger dengan prosesi adat.

Arsyad Cannu, yang selama ini dikenal sebagai tokoh nasional dengan kiprah panjang di organisasi kemasyarakatan, tiba-tiba dipanggil ke depan panggung. Diiringi tabuhan gendang tradisional dan lantunan kidung adat, ia resmi dinobatkan sebagai marga Sembiring Depari oleh Komando Daerah (Kamada) LMP Sumatera Utara.

Tidak berhenti di situ. Sekretaris Jenderal LMP, Abdurachman Taha, pun ikut menerima kehormatan adat. Ia dinobatkan sebagai marga Ginting Munte oleh Komando Cabang LMP Karo. Suasana pun pecah. Ratusan kader yang datang dari berbagai daerah di Sumatera Utara bersorak riuh, berbaur dengan masyarakat adat Karo yang tampak bangga.

Tradisi Menyapa Perjuangan

Prosesi adat malam itu berlangsung penuh khidmat. Tokoh adat Karo memimpin jalannya acara dengan simbol-simbol budaya yang sarat makna. Selembar ulos disematkan, doa adat dipanjatkan, dan musik tradisional mengiringi langkah-langkah penobatan.

“Ini bukan sekadar seremonial, tetapi pengakuan bahwa tamu yang hadir telah menjadi bagian dari keluarga besar Karo,” ujar Paulus Ginting, salah seorang tokoh adat yang turut hadir.

Bagi masyarakat Karo, pemberian marga bukan hal yang ringan. Itu adalah tanda kepercayaan, sekaligus ikatan yang menegaskan bahwa seseorang diterima sebagai saudara. Dan malam itu, Arsyad Cannu serta Abdurachman Taha resmi masuk ke dalam lingkaran keluarga besar masyarakat adat Karo.

Pesan dari Arsyad Cannu

Dalam sambutannya, Arsyad tak bisa menyembunyikan rasa haru. “Laskar Merah Putih bukan hanya tentang perjuangan politik dan sosial, tetapi juga tentang persaudaraan. Pemberian marga ini adalah simbol kepercayaan, yang mengingatkan kita semua bahwa perjuangan bangsa harus berpijak pada akar budaya,” ucapnya dengan suara bergetar.

Kader yang hadir pun berdiri memberi tepuk tangan panjang. Ada yang bersorak, ada yang mengabadikan momen lewat gawai, ada pula yang menitikkan air mata bangga.

Sekjen LMP: Amanah dan Tanggung Jawab

Sementara itu, Sekjen LMP Abdurachman Taha mengaku bahwa gelar adat yang ia terima bukan sekadar kehormatan, melainkan amanah. “Ini panggilan untuk menjaga hubungan baik dengan masyarakat adat. Semangat LMP harus berjalan seiring dengan nilai budaya luhur yang kita temui di tiap daerah,” katanya.

Atmosfer Kebersamaan

Seusai prosesi, suasana berubah menjadi pesta rakyat kecil. Musik tradisional berpadu dengan sorakan kader. Ada tarian adat, ada hidangan khas Karo yang disajikan bersama, ada juga sesi ramah tamah penuh canda.

“Kami merasa Laskar Merah Putih bukan sekadar tamu, tapi sudah seperti saudara. Kehadiran mereka membawa semangat baru bagi masyarakat di sini,” tutur Martha br. Sembiring, tokoh perempuan Karo yang menyaksikan prosesi.

Roadshow yang Melebar Maknanya

Sesungguhnya, roadshow LMP di Sumatera Utara dirancang untuk memperkuat organisasi. Konsolidasi kader, pemetaan strategi, hingga pemantapan visi menjadi agenda utama. Namun, dengan adanya penobatan adat ini, roadshow seakan mendapat dimensi tambahan: penerimaan LMP sebagai bagian dari keluarga besar masyarakat Karo.

“Ini bukti bahwa LMP tidak hanya fokus pada urusan internal, tetapi juga membuka ruang dialog dengan nilai lokal. Inilah wajah kebangsaan yang sesungguhnya,” ujar Rinaldi, salah seorang kader muda LMP asal Medan.

Tradisi dan Modernitas Bertemu

Penobatan marga bagi tokoh ormas nasional memang jarang terjadi. Namun, momen ini menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas bisa bertemu dalam satu panggung. Organisasi perjuangan yang berorientasi kebangsaan dapat tetap bersandar pada kearifan lokal, bahkan memperkuat perjuangannya melalui pengakuan budaya.

Arsyad Cannu kini tidak hanya dikenal sebagai Ketua Umum Laskar Merah Putih, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat Karo dengan nama kehormatan Sembiring Depari. Begitu pula Abdurachman Taha, yang kini dipanggil sebagai Ginting Munte.

Penutup: Jejak di Tanah Karo

Malam itu, Tanah Karo tidak hanya menjadi tuan rumah konsolidasi organisasi. Ia menjadi saksi sejarah kecil, di mana Laskar Merah Putih diterima melalui bahasa budaya. Geger penobatan adat itu akan selalu dikenang, tidak hanya oleh para kader LMP, tetapi juga masyarakat Karo yang melihat persaudaraan sebagai fondasi perjuangan bersama.

“LMP berdiri di atas fondasi kebangsaan, tapi ia juga tahu bagaimana menghargai tradisi. Itulah yang membuat kami bangga,” tutup seorang kader senior yang hadir malam itu.

Roadshow konsolidasi akhirnya menjelma bukan sekadar agenda internal. Ia berubah menjadi perayaan kebudayaan, sebuah momen yang menunjukkan bahwa perjuangan membela bangsa harus berjalan seiring dengan kearifan lokal. Dan dari Tanah Karo, pesan itu menggema ke seluruh Indonesia.

LMP KOMDIGI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *